Autopilot Servis Laptop Tanpa SOP: Menang Awal, Kalah Akhir
Autopilot Servis Laptop Tanpa SOP: Menang Kas, Kalah Reputasi
Banyak pemilik usaha servis laptop di Mataram tergiur konsep autopilot: teknisi kerja sendiri, pemilik tinggal terima uang. Masalahnya, kalau SOP belum jelas, autopilot bukan efisiensi — tapi kelalaian.
1️⃣ Untung Sesaat di Mataram
- Konsumen Mataram jarang komplain langsung, bahkan ketika ada hal aneh setelah servis.
- Sebagian tidak sadar laptopnya ditangani tanpa prosedur.
- Budaya “diam” ini membuat kelalaian teknis bisa lolos tanpa sanksi pasar.
Akibatnya, bengkel bisa tetap untung walau kualitasnya berantakan. Tapi ini seperti makan makanan basi yang dibungkus cantik: cepat kenyang, pelan-pelan merusak.
2️⃣ Bankrut Moral dan Tanggung Jawab
- Teknisi terbiasa kerja asal jadi.
- Standar kualitas berubah-ubah tiap kasus.
- Hilangnya rasa tanggung jawab pada konsumen.
Kerugian ini tidak langsung muncul di buku kas, tapi terasa saat reputasi hancur, pelanggan kabur, dan mantan pelanggan mulai bercerita.
3️⃣ Pasar Toleran Bukan Alasan Lengah
Mataram memang pasar yang toleran. Tapi justru di situ nilai plusnya — pelaku usaha punya waktu dan ruang untuk memperkuat SOP tanpa tekanan publik berlebihan. Sayangnya, banyak yang malah memanfaatkan kelonggaran ini untuk mengabaikan standar.
Kesimpulan:
Autopilot servis laptop tanpa SOP jelas adalah perjudian.
Menang di kas untuk sementara, kalah di reputasi selamanya.
Dan sekali reputasi runtuh, modal dan semangat yang dibutuhkan untuk membangunnya kembali jauh lebih besar daripada keuntungan yang pernah diraih.
Tidak ada komentar: